Sabtu, 06 April 2013

PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN, DAN PENTINGNYA ILMU ANTROPOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah mahluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai mahluk biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (Bahasa latin untuk manusia), sebuah spesies primate dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Sebagai mahluk social, manusia merupakan bagian dari sistem social masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.(Suranto Aw. 2010 )
Secara kodrat, manusia hidup sebagai mahluk individu sekaligus social budaya. Artinya sejak dilahirkan manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan memerlukan pertolongan orang lain di lingkungannya. Manusia sebagai mahluk social, tidak dapat hidup secara individu, selalu berkeinginan untuk tinggal bersama ini terutama berhubungan dalam aktivitas hidup pada lingkungannya. Manusia mempunyai kedudukan khusus terhadap lingkungannya dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, yaitu sebagai khalifah atau pengelola di atas bumi.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang cocok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan ini bisa berkaitain dengan : nilai-nilai social, pola-pola prilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, dan lain-lain.
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan social. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan social  merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. (Soerjono Soekanto 2010: 263)
Gillin dan Gillin (dalam buku Seorjono Soekanto 2010:263): mengatakan perubahan-perubahan social sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kubudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Kebudayaan mencakup ruang lingkup yang sangat luas, yang wujudnya dapat berupa kebudayaann hasil rasa atau sistem budaya (norma, adat istiadat), hasil cipta (fisik) dan konsep tingkah laku (sistem Sosial). Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan social budaya tertentu. Setiap lingkungan social budaya itu senantiasa memberlakukan adanya nilia-nilai social budaya yang diacu oleh warga masyarakat penghuninya. Dengan demikan pola perilaku dan cara berkomunikasi akan diwarnai oleh keadaan, nilai, kebiasaan yang berlaku di lingkungannya. Melalui suatu proses belajar secara berkesenabungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang di peroleh dari lingkungannya. Nilia-nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan”, yaitu pola perilaku hidup sehari-hari.
E.B. Tylor (1871:1), seorang antropologi profesonal pertama, mengusulkan definisi budaya yang meliputi seluruh pengalaman manusia, budaya adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, dan kemampuan lainnya dan kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai masyarakat.
Dalam pandangan tylor, budaya mencakup semua aspek dalam kegiatan manusia, dari karya seni yang indah untuk hiburan, dari kebiasaan sehari-hari sampai pengemabangan teknologi yang canggih. Budaya berisi rencana, aturan, teknik, desain, dan kebijakan dalam kehidupan.
            Sebagai ilmu tentang umat manusia, antropologi melalui pendekatan dan metodeilmiah berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang bermakna tentang manusia danperilakunya. Kedua bidang besar dari antropologi adalah antropologi fisik dan budaya.

            Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organism biologis yangtekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam species manusia. Sedangkan antropologi budaya berusahamempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat merupakanperaturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
            Selain itu, antropologi bermaksud mempelajari umat manusia secara objektif, palingtidak mendekati objektif da sistematis. Seorang ahli antropologis dituntut harus mampumenggunakan metode-metode yang mungkin juga digunakan oleh para ilmuwan laindengan mengembangkan hipotesis atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakandata lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori, yaitu suatu systemhipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli antropologi dapat berupadata dari sutu masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1.      Apa Hubunngan antara Perubahan Sosial dan Budayaan?
2.      Bagaimana Bentuk Perubahan Sosial dan Budayaan?
3.      Apa Factor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budayaan?
4.      Bagaimana proses-proses Perubahan Sosisal dan Budaya?
C.    Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diketahui di dalam  penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan antara Sosial dan Budaya.
2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk Perubahan Sosial dan Budaya.
3.      Untuk Melihat Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya.
4.      Untuk Mengetahui Proses-Proses Perubahan Sosial dan Budaya







BABA II
PEMBAHASAN
A.    Perubahan Sosial dan Budaya
1.      Hubungan Antara Perubahan Sosial dan  Perubahan Kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaaan antara perubahan-perubahan social dan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendririnya perbedaan antara perubahan-perubahan social dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat dijelaskan.
Kingsley Davis (dalam Buku Soerjono Sokanto 2010:266):
berpendapat bahwa perubahan social merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi social. Sebagai contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya, akan tetapi, perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi social masyarakatnya. Perubahan-perubahan tersebut lebih merupakan kebudayaan ketimbang perubahan social.
            Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara peruabahan social dan perubahan kebudayaan karena tidak ada masyrakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyakat. Dengan demikian walaupun secara teoritis dan analitis pemisahan antara pengertian-pengertian tersebut dapat dirumuskan, di dalam kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sukar dapat di pertahankan. Hal yang jelas adalah perubahan-perubahan social dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu kedua bersangkut-paut dengan suatu peneriamaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara untuk msyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan
Perubahan social dan budaya dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
a.      Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat.
Perubahan-perubahan yang memakan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadinya dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:
1.      Unilinear Theories of Evolision
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna.
2.      Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia setalah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
3.      Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyrakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencarian dari sistem berburu pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.


b.      Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Agak sulit untuk meruuskan masing-masing pengertian tersebut di atas karena batas-batas pembedaannya sangat relative. Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur social yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh  apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris.
c.       Perubahan Yang di Kehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang di Rencanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang Tidak diKehendaki (Unintended-Change) atau Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-Change).
Perubahan yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Perubahan social yang tida di kehendaki atau direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tampa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat social yang tidak diharapkan masyarakat. Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak di kehandaki tidak mencakup paham apakah perubahan-peruabahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan. Mungkin suatu perubahan yang tidak di kehendaki sangat diharapkan dan diterima oleh masyarakat.
3.      Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu, antara lain sebagai berikut:
a.      Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepatdi pulau jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Misal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikaenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah kedaerah lain (misalnya tranmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pemabagian kerja dan stratifikasi social, yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b.      Penemuan-Penemuan Baru
Suatu proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau Innovation. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsure kebudayaan baru tersebar ke laian-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyrakat.
c.       Pertentangan (Conflict) Masyarakat
Pertentangan (Conflict) masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan social dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-individu dengan kelompok atau perentaraan kelompok dengan kelompok. Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi antara generasi tua dengan generasi muda. Pertentangan demikian itu kerap kali terjadi, apa lagi pada masyarakat yang sedang berkembang  dari tahap tradisonal ke tahap modern.

4.      Proses-Proses Perubahan Sosial dan Kebuadayaan.
1.      Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan.
Keserasian atau harmoni dalam masyrakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan diamana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam kedaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai.
2.      Saluran-saluran Perubahan Sosila dan Kebudayaan
Saluran-saluran perubahan social dan kebudayaan (avenue or channel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya.
3.      Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)
Suatu disorganisasi atau disentegrasi mungkin dapat dirumskan sebagai suatu preses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sementara itu, reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilia baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami peruabahan.
B. Pentingnya Ilmu Antropologi.
1.         Pentingnya peranan ilmu antropologi dalam perubahan dan kebudayaan untuk generasi muda.
Antropologi Indonesia adalah ilmu mengenai kebudayaan manusia untuk kepentingan bangsa Indonesia. Tujuan utamanya adalah melindungi keseluruhan bangsa dari pengaruh- pengaruh negatif, baik yang berasal darri luar negeri maupun dari dalam negeri. Pengaruh dari luar diakibatkan dengan adanya penjajahan selama berabad- abad, yang pada akhirnya melahirkan dua akibat yang berbeda. Di satu pihak penjajahan menimbulkan berbagai masalah negatif, dipihak lain adanya berbagai hasil catatan, sebagai dokumen etnografis, maka banyak peristiwa sejarah yang terdokumentasikan. 
Menurut Koentjaraningrat (2009: 9), Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Dalam hal ini manusia dikaitkan dengan ciri- ciri tubuhnya. Dalam fase perkembangnnya antropologi juga meliputi ras- ras manusia. Ilmu Antropologi telah berkembang secara ruang lingkup dan batasan lapangan perhatiannya yang luas. Ilmu antropologi juga meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno saat masa kejayaan kebudayaan tersebut.
Antropologi adalah suatu bidang ilmu yang bertujuan memberikan sumbangan pikiran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi negara. Menurut Prof.Dr.Nyoman Kutha Ratna (2011: 58), Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan kebudayaan dalam berbagai aspeknya.  Kebudayaan adalah studi yang meliputi kepercayaan, kesenian, tata susila, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain dalam kehidupan manusia. Kebudayaan Indonesia yang majemuk tentu membutuhkan disiplin ilmu antropologi untuk menggalinya, sehingga generasi muda bisa mengetahui tentang kebudayaan sendiri dan akan melestarikannya supaya tidak punah.
Salah satu cabang ilmu antroplogi adalah Antropologi Sosial-Budaya, yaitu Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial Budaya. Globalisasi kebudayaan yang membawa dampak perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk maka dibutuhkan ilmu Antropologi untuk mendalami kebudayaan tersebut.
 
DAFTAR PUSTAKA

Harun Rochajat. Komunikasi Pemabangunan dan Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011.
Henslin M James. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. 2006
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press. 1990.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009.
Masinambow, Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.1997.
Meinarno, Eko.A. Dkk. Manusia Dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humanika. 2011.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2010
Suranto Aw. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

1 komentar:

  1. 5 steps to use this slot machine to win BIG!
    The video slot thunder titanium lights machines are fun, they will give you a boost to win a gold titanium alloy lot more. This slot titanium razor machine is available at many casinos. The slots titanium cost you ford edge titanium 2021 can

    BalasHapus