BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah mahluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
sebagai mahluk biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (Bahasa
latin untuk manusia), sebuah spesies primate dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Sebagai mahluk social, manusia merupakan
bagian dari sistem social masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.(Suranto
Aw. 2010 )
Secara kodrat, manusia hidup sebagai mahluk individu sekaligus
social budaya. Artinya sejak dilahirkan manusia tidak dapat hidup sendirian,
melainkan memerlukan pertolongan orang lain di lingkungannya. Manusia sebagai
mahluk social, tidak dapat hidup secara individu, selalu berkeinginan untuk
tinggal bersama ini terutama berhubungan dalam aktivitas hidup pada
lingkungannya. Manusia mempunyai kedudukan khusus terhadap lingkungannya
dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, yaitu sebagai khalifah atau pengelola
di atas bumi.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan
yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang cocok. Ada
pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan
cepat. Perubahan ini bisa berkaitain dengan : nilai-nilai social, pola-pola
prilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, dan lain-lain.
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah mencoba
untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan social.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
social merupakan gejala wajar yang
timbul dari pergaulan hidup manusia. (Soerjono Soekanto 2010: 263)
Gillin dan Gillin (dalam buku Seorjono Soekanto 2010:263):
mengatakan perubahan-perubahan social sebagai suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kubudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Kebudayaan mencakup ruang lingkup yang sangat luas, yang wujudnya
dapat berupa kebudayaann hasil rasa atau sistem budaya (norma, adat istiadat),
hasil cipta (fisik) dan konsep tingkah laku (sistem Sosial). Setiap manusia
hidup dalam suatu lingkungan social budaya tertentu. Setiap lingkungan social
budaya itu senantiasa memberlakukan adanya nilia-nilai social budaya yang diacu
oleh warga masyarakat penghuninya. Dengan demikan pola perilaku dan cara
berkomunikasi akan diwarnai oleh keadaan, nilai, kebiasaan yang berlaku di
lingkungannya. Melalui suatu proses belajar secara berkesenabungan setiap
manusia akan menganut suatu nilai yang di peroleh dari lingkungannya.
Nilia-nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk
“kebiasaan”, yaitu pola perilaku hidup sehari-hari.
E.B. Tylor (1871:1), seorang antropologi profesonal pertama,
mengusulkan definisi budaya yang meliputi seluruh pengalaman manusia, budaya
adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat, dan kemampuan lainnya dan kebiasaan yang diperoleh oleh
manusia sebagai masyarakat.
Dalam pandangan tylor, budaya mencakup semua aspek dalam kegiatan
manusia, dari karya seni yang indah untuk hiburan, dari kebiasaan sehari-hari
sampai pengemabangan teknologi yang canggih. Budaya berisi rencana, aturan,
teknik, desain, dan kebijakan dalam kehidupan.
Sebagai ilmu tentang umat manusia, antropologi melalui
pendekatan dan metodeilmiah berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang
bermakna tentang manusia danperilakunya. Kedua bidang besar dari antropologi
adalah antropologi fisik dan budaya.
Antropologi fisik memusatkan perhatiannya
pada manusia sebagai organism biologis yangtekanannya pada upaya melacak
evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam
species manusia. Sedangkan antropologi budaya berusahamempelajari manusia
berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat merupakanperaturan-peraturan
atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Selain itu, antropologi bermaksud
mempelajari umat manusia secara objektif, palingtidak mendekati objektif da
sistematis. Seorang ahli antropologis dituntut harus mampumenggunakan
metode-metode yang mungkin juga digunakan oleh para ilmuwan laindengan
mengembangkan hipotesis atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakandata
lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori, yaitu suatu
systemhipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli
antropologi dapat berupadata dari sutu masyarakat atau studi komparatif di
antara sejumlah besar masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1. Apa
Hubunngan antara Perubahan Sosial dan Budayaan?
2. Bagaimana
Bentuk Perubahan Sosial dan Budayaan?
3. Apa
Factor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budayaan?
4. Bagaimana
proses-proses Perubahan Sosisal dan Budaya?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diketahui di dalam
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan antara Sosial dan Budaya.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk Perubahan Sosial dan Budaya.
3. Untuk Melihat Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan
Budaya.
4. Untuk Mengetahui Proses-Proses Perubahan Sosial dan Budaya
BABA II
PEMBAHASAN
A.
Perubahan Sosial dan Budaya
1.
Hubungan Antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering
mempersoalkan perbedaaan antara perubahan-perubahan social dan
perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya
perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan
sendririnya perbedaan antara perubahan-perubahan social dan perubahan-perubahan
kebudayaan dapat dijelaskan.
Kingsley Davis (dalam Buku Soerjono Sokanto 2010:266):
berpendapat bahwa perubahan social merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu,
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan
perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi social. Sebagai
contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari
induknya, akan tetapi, perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi social
masyarakatnya. Perubahan-perubahan tersebut lebih merupakan kebudayaan
ketimbang perubahan social.
Sebenarnya di
dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk menentukan letak garis
pemisah antara peruabahan social dan perubahan kebudayaan karena tidak ada
masyrakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada
kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyakat. Dengan demikian walaupun
secara teoritis dan analitis pemisahan antara pengertian-pengertian tersebut
dapat dirumuskan, di dalam kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sukar dapat
di pertahankan. Hal yang jelas adalah perubahan-perubahan social dan kebudayaan
mempunyai satu aspek yang sama, yaitu kedua bersangkut-paut dengan suatu
peneriamaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara untuk msyarakat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.
Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan
Perubahan social dan budaya dapat dibedakan ke dalam beberapa
bentuk, yaitu sebagai berikut:
a.
Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat.
Perubahan-perubahan yang memakan waktu lama, dan rentetan-rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan dinamakan evolusi. Pada evolusi
perubahan terjadinya dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.
Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan
diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, kondisi-kondisi baru, yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Ada bermacam-macam teori tentang
evolusi, yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai
berikut:
1.
Unilinear
Theories of Evolision
Teori
ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang
sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna.
2.
Universal
Theory of Evolution
Teori
ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia setalah
mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
3.
Multilined
Theories of Evolution
Teori
ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyrakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal
pengaruh perubahan sistem pencarian dari sistem berburu pertanian, terhadap
sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.
b.
Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Agak
sulit untuk meruuskan masing-masing pengertian tersebut di atas karena
batas-batas pembedaannya sangat relative. Sebagai pegangan dapatlah dikatakan
bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur social yang
tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode
pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh
apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya suatu
proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris.
c.
Perubahan Yang di Kehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang
di Rencanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang Tidak diKehendaki
(Unintended-Change) atau Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-Change).
Perubahan yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan
perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Perubahan social
yang tida di kehendaki atau direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi tampa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat
dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat social yang tidak diharapkan
masyarakat. Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak di kehandaki tidak
mencakup paham apakah perubahan-peruabahan tadi diharapkan atau tidak
diharapkan. Mungkin suatu perubahan yang tidak di kehendaki sangat diharapkan
dan diterima oleh masyarakat.
3.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab
yang melatari terjadinya perubahan itu, antara lain sebagai berikut:
a.
Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Pertambahan
penduduk yang sangat cepatdi pulau jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Misal, orang
lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi
hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikaenal. Berkurangnya penduduk mungkin
disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah kedaerah
lain (misalnya tranmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan,
misalnya, dalam bidang pemabagian kerja dan stratifikasi social, yang
memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b.
Penemuan-Penemuan Baru
Suatu
proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau Innovation. Proses tersebut
meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsure kebudayaan baru tersebar ke
laian-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi
diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyrakat.
c.
Pertentangan (Conflict) Masyarakat
Pertentangan
(Conflict) masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan social
dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara
individu-individu dengan kelompok atau perentaraan kelompok dengan kelompok.
Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi antara generasi tua dengan generasi
muda. Pertentangan demikian itu kerap kali terjadi, apa lagi pada masyarakat
yang sedang berkembang dari tahap
tradisonal ke tahap modern.
4.
Proses-Proses
Perubahan Sosial dan Kebuadayaan.
1.
Penyesuaian
Masyarakat Terhadap Perubahan.
Keserasian
atau harmoni dalam masyrakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai
suatu keadaan diamana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar
berfungsi dan saling mengisi. Dalam kedaan demikian, individu secara psikologis
merasakan akan adanya ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam
norma-norma dan nilai.
2.
Saluran-saluran
Perubahan Sosila dan Kebudayaan
Saluran-saluran
perubahan social dan kebudayaan (avenue or channel of change) merupakan
saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya
saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya.
3.
Disorganisasi
(Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)
Suatu
disorganisasi atau disentegrasi mungkin dapat dirumskan sebagai suatu preses
berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sementara
itu, reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma
dan nilai-nilia baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
telah mengalami peruabahan.
B. Pentingnya Ilmu Antropologi.
1.
Pentingnya
peranan ilmu antropologi dalam perubahan dan kebudayaan untuk generasi muda.
Antropologi Indonesia
adalah ilmu mengenai kebudayaan manusia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan utamanya adalah melindungi keseluruhan bangsa dari pengaruh- pengaruh
negatif, baik yang berasal darri luar negeri maupun dari dalam negeri. Pengaruh
dari luar diakibatkan dengan adanya penjajahan selama berabad- abad, yang pada
akhirnya melahirkan dua akibat yang berbeda. Di satu pihak penjajahan
menimbulkan berbagai masalah negatif, dipihak lain adanya berbagai hasil
catatan, sebagai dokumen etnografis, maka banyak peristiwa sejarah yang
terdokumentasikan.
Menurut
Koentjaraningrat (2009: 9), Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Dalam hal
ini manusia dikaitkan dengan ciri- ciri tubuhnya. Dalam fase perkembangnnya
antropologi juga meliputi ras- ras manusia. Ilmu Antropologi telah berkembang
secara ruang lingkup dan batasan lapangan perhatiannya yang luas. Ilmu
antropologi juga meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno saat masa
kejayaan kebudayaan tersebut.
Antropologi adalah
suatu bidang ilmu yang bertujuan memberikan sumbangan pikiran yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi negara. Menurut Prof.Dr.Nyoman Kutha Ratna (2011:
58), Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan
kebudayaan dalam berbagai aspeknya.
Kebudayaan adalah studi yang meliputi kepercayaan, kesenian, tata
susila, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain dalam kehidupan manusia.
Kebudayaan Indonesia yang majemuk tentu membutuhkan disiplin ilmu antropologi
untuk menggalinya, sehingga generasi muda bisa mengetahui tentang kebudayaan
sendiri dan akan melestarikannya supaya tidak punah.
Salah satu cabang ilmu
antroplogi adalah Antropologi
Sosial-Budaya, yaitu Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu
tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari
disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa
yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada
proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang
dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau tidak. Mereka
mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh atau belajar
dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada
disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan
kebudayaan. Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil
maupun kelompok yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari
penelitian-penelitian Antropologi Sosial Budaya. Globalisasi kebudayaan yang
membawa dampak perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang
majemuk maka dibutuhkan ilmu Antropologi untuk mendalami kebudayaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Rochajat. Komunikasi Pemabangunan dan Perubahan Sosial.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011.
Henslin M James. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi.
Jakarta: Erlangga. 2006
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI
Press. 1990.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2009.
Masinambow, Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.1997.
Meinarno, Eko.A. Dkk. Manusia Dalam Kebudayaan dan Masyarakat.
Jakarta: Salemba Humanika. 2011.
Soekanto
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.2010
Suranto Aw. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2010.
5 steps to use this slot machine to win BIG!
BalasHapusThe video slot thunder titanium lights machines are fun, they will give you a boost to win a gold titanium alloy lot more. This slot titanium razor machine is available at many casinos. The slots titanium cost you ford edge titanium 2021 can